Sabtu, 28 Januari 2012

KDM-Askep re n post operasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asuhan keperawatan perioperatif meliputi asuhan keperawatan yang diberikan sebelum (preoperative), selama (intraoperatif), dan setelah pembedahan (pascaoperatif). Perawatan preoperatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan. Perawatan intraoperatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan berakhir bila pasien di transfer ke wilayah ruang pemulihan. Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan intraoperatif yang dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan / pascaanaestesi dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.

Perwatan tersebut dapat dilakukan di rumah sakit, pusat bedah mandiri, pusat bedah yang bekerja dengan rumah sakit, atau di ruang praktek dokter.

Karakteristik penting dari keperawatan perioperatif antara lain kerjasama tim yang berkualitas tinggi, komunikasi yang efektif dan terapeutik dengan klien, dan tim bedah, pengkajian klien yang efektif dan efisien pada semua fase, advokasi untuk klien dan keluarga klien, dan pemahaman tentang biaya rawat inap. Perawat harus melakukan tindakan aseptik bedah yang baik, membuat dokumentasi yang lengkap dan menyeluruh, dan mengutamakan keselamatan pasien pada seluruh fase.

Keperawatan perioperatif dilakukan berdasarkan proses keperawatan dan perawat perlu menetapkan strategi yang sesuai dengan kebutuhan individu selama periode perioperatif sehingga klien memperoleh kemudahan sejak datang sampai klien sehaat kembali. Pada model ini sangat ditekankan kesinambungan asuhan keperawatan.

Saat mengalami pembedahan klien akan mengalami berbagai stressor. Pembedahan yang ditunggu pelaksanaanya akan menyebabkan rasa takut dan ansietas pada klien yang menghubungkan pembedahan dengan rasa nyeri, kemungkinan cacat, menjadi bergantung pada orang lain, dan mungkin kematian. Anggota keluarga sering merasa takut gaya hidupnya terganggu dan merasa tidak berdaya menghadapi waktu pembedahan yang semakin dekat. Kemampuan meningkatkan hubungan yang efektif dengan klien dan mendengarkan keluhan mereka secara aktif sehingga seluruh kekhawatiran mereka dapat diatasi merupakan hal yang penting untuk mencapai hasil akhir dari pembedahan. Klien akan lebih mampu bekerja sama dan berpartisipasi dalam perawatan jika perawat memberi informasi tentang peristiwa yang terjadi sebelum dan sesudah pembedahan. Penyuluhan perioperatif in akan membantu mengurangi rasa takut akibat ketidaktahuan klien dan keluarga dan akan mengurangi masa rawat di rumah sakit, mengurangi penggunaan analgesic pascaoperatif dan klien dapat mematuhi aturan pascaoperataif {Dalayon,1994).

Klien akan bertemu dengan beberapa anggota tim kesehatan, antara lain dokter bedah, perawat anastesi atau ahli anastesi, petugas fisioterapi dan perawat. Semuanya berperan dalam asuhan keperawatan dan pemulihan klien. Anggota keluarga dapat memberi dukungan melalui kehadiran mereka di sana, tetapi mereka akan menghadapi stressor yang sama seperti yang dihadapi klien. Perawat harus berkomunikasi secara efektif dengan klien dan keluarga; hubungan perawat dengan klien menjadi dasar asuhan keperawatan yang diberikan. Perawat mengkaji kesehatan fisik dan emosional klien, mengetahui tingkat resiko pembedahan mengordinasi berbagai pemeriksaan diagnostik, mnegidentifikasi diagnosa keperawatan yang menggambarkan kebutuhan klien dan keluarga, mempersiapkan kondisi fisik dan mental klien untuk menghadapi pembedahan, serta mengomunikasikan informasi yang berkaitan dengan pembedahan kepada tim bedah.

1.2 Tujuan

  1. Mengetahui asuhan keperawatan preoperasi
  2. Mengetahui asuhan keperawatan intraoperasi
  3. Mengetahui asuhan keperawatan pascaoperasi

BAB II

ISI

2.1 ASUHAN KEPERAWATAN PREOPERATIF

2.1.1 PENGKAJIAN

Pengkajian klien bedah meliputi pengumpulan riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, mengkaji kembali kesehatan emosional klien dan anggota keluarga, dan menganalisa faktor-faktor resiko serta data diagnostik. Lamanya waktu preoperatif menentukan lengkapnya data pengkajian.

1. RIWAYAT KEPERAWATAN

Perawat melakukan wawancara awal untuk mengumpulkan riwayat. Pada tempat bedah sehari riwayat yang perlu dikaji lebih singkat daripada riwayat yang seharusnya dikumpulkan. Pengkajian dilakukan pada saat klien dirawat di rumah sakit, sore hari sebelum pembedaha dilakukan, karena terbatasnya waktu. Apabila klien tidak mampu memberika seluruh informasi yang dibutuhkan, perawat dapat bertanya pada anggota keluarga.

2. RIWAYAT MEDIS

Pengkajian ulang riwayat kesehatan klien harus meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita dan alasan utama klien mencari pengobatan. Riwayat kesehatan klien adalah sumber yang sangat baik. Sumber berharga lainnya adalah rekam medis dari riwayat perawatan sebelumnya.

Penyakit yang diderita klien dapat mempengaruhi kemampuan menoleransi pembedahan dan mencapai pemulihan yang menyeluruh. Klien yang akan menjalani bedah sehari harus diperiksa secara teliti dan menyeluruh untuk menentukan kondisi kesehatan yang mungkin akan meningkatkan resiko komplikasi selama atau setelah pembedahan.

3. RIWAYAT PEMBEDAHAN SEBELUMNYA

Pengalam bedah sebelumnya dapat mempengaruhi respon fisik dan psikologis klien terhadap prosedur pembedahan. Jenis pembedahan sebelumnya, tingkat rasa tidak nyaman, besarnya ketidakmampuan yang ditimbulkan, dan seluruh tingkat perawatan yang pernah diberikan adalah faktor-faktor yang mungkin akan diingat oleh klien. Informasi ini akan membantu perawat mengantisipasi kebutuhan klien selama preoperatif dan pascaoperatif.

Pembedahan sebelumnya juga dapat mempengaruhi tingkat perawatan fisik yang dibutuhkan klien setelah menjalani prosedur pembedahan.

4. PERSEPSI DAN PEMAHAMAN KLIEN DAN ANGGOTA KELUARGA TENTANG PEMBEDAHAN

Perawat harus mempersiapkan klien dan keluarganya untuk menghadapi operasi. Dengan mengidentifikasi pengetahuan, harapan, dan persepsi klien, perawat dapat merencanakan penyuluhan dan tindakan untuk mempersiapkan emosional klien.

5. RIWAYAT OBAT-OBATAN

Jika klien menggunakan obat yang diresepkan secara teratur, dokter bedah atau ahli anastesi akan menghentikan pemberian obat tersebut sementara sebelum pembedahan atau dokter akan menyesuaikan dosisnya. Obat tertentu mempunyai implikasi khusus bagi klien bedah. Obat yang diminum sebelum pembedahan secara otomatis akan dihentikan saat klien selesai menjalani operasi kecuali dokter meminta klien untuk menggunakannya kembali.

6. ALERGI

Perawat harus mewaspadai adanya alergi terhadap berbagai obat yang mungkin diberikan selama fase pembedahan. Apabila klien menderita saru atau lebih alergi maka ia menerima pita identifikasi alergi yang dipakai pada pergelangan tangan sebelum menjalani pembedahan.

7. KEBIASAAN MEROKOK

Klien perokok memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami komplikasi paru-paru pascaoperasi daripada klien bukan perokok. Setelah pembedahan , klien perokok mengalami kesulitan yang lebih besar dalam membersihkan jalan nafasnya dari sekresi lendir.

8. KONSUMSI ALKOHOL DAN PENGGUNAAN SERTA PENYALAHGUNAAN OBAT

Kebiasaan mengkonsumsi alkohol mempresdiposisi klien pada reaksi yang merugikan terhadap obat anastesi. Klien juga mengalami toleransi-silang (toleransi obat meluas) terhadap pemakaian obat anestesi sehingga klien membutuhkan dosis anestesi yang lebih tinggi dari normal.

Konsumsi alkohol secara berlebihan juga dapat menyebabkan malnutrisi sehingga penyembuhan luka menjadi lambat. Penggunaan obat-obatan narkotik dan barbiturat yang diresepkan serta penyalahgunaan obat-obatan jalanan dapat mengganggu kemampuan klien dalam mengontrol nyeri setelah operasi dan mempengaruhi tingkat serta jumlah pemberian anastesi selama pembedahan.

9. DUKUNGAN KELUARGA

Perawat perlu menentukan besarnya dukungan yang diperoleh klien dari anggota keluarga atau teman-temannya. Pembedahan sering menyebabkan kelemahan yang bersifat sementara atau permanen sehingga membutuhkan bantuan tambahan selama pemulihan. Keluarga merupakan sumber terpenting bagi klien yang mengalami keterbatasan fisik dan keluarga memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan untuk memotivasi klien mencapai kembali status kesehatan sebelumnya.

10. PEKERJAAN

Pembedahan dapat menebabkan perubahan fisik yang menghambat atau mencegah seseorang kembali bekerja. Idealnya, perawat mengkaji riwayat pekerjaan klien untuk mengantisipasi efek pada masa pemulihan yang mungkin terjadi akibat pembedahan dan penampilan klien kembali bekerja.

11. PENGKAJIAN NYERI PREOPERASI

Pembedahan, terapi, dan posisi dapat menimbulkan nyeri pascaoperatif pada klien. Perawat perlu mengkaji penglaman nyeri klien sebelumnya, metode pengontrolan nyeri yang biasa digunakan, sikap klien dalam menggunakan obat-obatan penghilang rasa nyeri respons perilaku terhadap nyeri, pengetahuan klien, harapan dan metode, manejemen yang dipilih serta harapan atau perhatian keluarga tentang manejemen nyeri {Miaskowski, 1993). Pengukuran intensitas nyeri secara objektif menggunakan skala analog visual memberi dasar bagi perawat dalam memantau perubahan kondisi klien. Penjelasan preoperatif yang diberikan perawat tentang rasa nyeri yang mungkin akan dirasakan klien dan tujun terapi nyeri, akan memfasilitasi pengkajian dan penanganan nyeri pascaopeatif (Watson dan Donovan, 1992).

12. TINJAUAN KESEHATAN EMOSIONAL

Pembedahan menimbulkan stress psikologis yang tinggi. Klien merasa cemas tentang pembedahan dan implikasinya. Untuk memahami dampak pembedahan pada kesehatan emosional klien dan keluarga, perawat mengkaji perasaan klien tentang pembedahan, konsep diri, citra diri dan sumber koping klien.

Perasaan : perawat dapat mendeteksi perasaan klien tentang pembedahan dari perilaku dan perbuatannya. Klien yang merasa takut biasanya sering bertanya, tampak tidak nyaman ketika ada orang lain yang memasuki ruangan, atau secara aktif mencaridukungan dari teman dan keluarga. Perawat harus menjelaskan bahwa rasa takut dan khawatir merupakan perasaan yang normal. Kemampuan klien mengungkapakan perasaanya bergantung pada keinginan perawat untuk mendengar, memberi dukungan dan membenarkan konsep yang salah.

Konsep diri : klien dengan konsep diri positif lebih mampu menerima operasi yang alaminya lebih tepat. Perawat mengkaji konsep diri klien dengan cara meminta klien mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dirinya.

Citra diri : perawat mengkaji perubahan citra tubuh yang klien anggap akan terjadi akibat opersi. Reaksi individu berbeda-beda bergantung pada konsep diri dan tingkat harga dirinya.

Sumber koping : perawat harus menanyakan dukungan yang dapat diberikan oleh anggota keluarga atau teman. Anggota keluarga sering menjadi pelatih klien, menawarkan dukungan yang berharga selam periode pascaoperasi, Karena partisipasi klien dalam perawatan merupakan hal yang vital.

13. BUDAYA

Klien yang berasal dari budaya yang berbeda akan menunjukkan reaksi yang berbeda tentang pengalaman operasi. Keperawatan dengan menggunakan pendekatan multicultural membantu memberi kerangka referensi pada perawat untuk melakukan pendekatan dengan cara menghargai klien dan memberi perawatan yang sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat mempercepat penyembuhan klien.

Misalnya, penggunaan bahasa yang dimengerti oleh klien akan membantu mengurangi kecemasan klien. Perawat dapat mempergunakan penerjemah bahasa, mempelajari bahasa asing atau beberapa kalimat penting dan menggunakan refernsi seperti kamus kedokteran yang biasanya memiliki daftar kalimat penting di dalam lampirannya.

14. FAKTOR RESIKO

Berbagai kondisi dan faktor dapat meningkatkan resiko pembedahan inidividu. Pengetahuan tentang berbagai faktor resiko memungkinkan perawat untuk menentukan tindakan pencegahan yang penting dalam perencanaan asuhan keperawatan.

Usia : klien anank-anak dan lansia mempunyai resiko selama pembedahan selama status fisiologi yang belum matang atau mengalami penuaan. Selama pembedahan, perawat dan dokter perlu memberikan perhatian khusus untuk mempertahankan suhu tubuh normal bayi. Refleks menggigil pada bayi belum berkembang dan seringkali terjadi berbagai variasi suhu. Anastesi menambah resiko bagi bayi karena agens anastesi dapat menyebabkan vasodilatasi dan kehilangan panas. Selama pembedahan, bayi mengalami kesulitan untuk mempertahankan volume sirkulasi darah normal. Volume darah total bayi dianggap kurang dari anank-anak atau orang dewasa. Kehilangan darah walaupun dalam jumlah yang kecil dapat menjadi hal yang serius. Penurunan volume sirkulasi dapat menyebabkan bayi sulit berespons terhadap kebutuhan unutk meningkatkan oksigen selama pembedahan. Dengan demikian, bayi menjadi sangat rentan mengalami dehidrasi. Namun, jika darah atau cairan diganti terlalu cepat, hal itu akan menimbulkan overhidrasi. Dengan meningkatnya usia, kapasitas fisik klien untuk beradaptasi dengan stress pembedahan terhambat karena mundurnya beberapa fungsi tubuh tertentu. Misalnya, kerusakan atau penurunan fungsi ginjal, yang menyebabkan perubahan aliran darah ke ginjal menurun, yang dapat menyebabkan risiko peningkatan bahaya syok jika terjadi kehilangan darah.

Nutrisi : perbaikan jaringan normal dan resistensi terhadap infeksi bergantung pada nutrisi yang cukup. Pembedahan akan memperbesar kebutuhan nutrisi. Setelah pembedahan klien membutuhkan minimal 1500 kkal/hari untuk mempertahankan cadanagn energi. Peningkatan protein, vitamin A dan C, serta zat besi akan mempercepat penyembuhan luka.

Radioterapi : pada klien kanker, radioterapi sering diberikan untuk menurunkan ukuran tumor ganas tersebut dapat diangkat melalui pembedahan. Radiasi mempunyai beberapa efek pada jaringan normal yang tidak dapat dihhindari, seperti penipisan lapisan kulit, penghancuran kolagen, dan gangguan vaskularisasi jaringan. Idealnya, dokter bedah menunggu pelaksanaan pembedahan selama empat sampia enam minggu setelah terapi radiasi selesai. Apabila tidak, maka klien mungkin akan mengalami masalah penyembuhan luka yang serius.

Keseimbangan cairan dan elektrolit : pembedahan akan direspons oleh tubuh sebagai sebuah trauma. Akibat respons stres adrenokortikal, reaksi hormonal akan menyebabkan retensi air dan natrium serta kehilangan kalium dalam dua sampai lima hari pertama setelah pembedahan. Banyaknya protein yang pecah akan menimbulkan keseimbangan nitrogen yang negatif. Beratnya respons stres mempenaruhi tingkat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Klien yang mengalami hipovolemik atau mengalami perubahan elektrolit preoperataif yang serius mempunyai risiko yang signifikan selama dan setelah pembedahan. Misalnya, kelebihan atau kekuranagan kalium akan meningkatkan peluang terjadinya disritmia selama atau setelah pembedahan.

15. SKRINING DIAGNOSTIK

Sebelum klien menjalani pembedahan, dokter bedah akan meminta klien menjalani pemeriksaan diagnostikn untuk memeriksa adanya kondisi yang tidak normal. Perawat bertanggung jawab mempersiapkan klien untuk menjalani pemeriksaan diagnostik dan mengatur agar klien menjalani pemeriksaan yang lengkap. Perawat juga mengkaji kembali hasil pemeriksaan diagnostik yang perlu diketahui dokter dan untuk membantu merencanakan terapi yang tepat.

Pemeriksaan skrining tambahan : apabila klien berusia lebih dari 40 tahun atau mempunyai penyakit jantung, dokter mungkin akan meminta klien menjalani pemeriksaan sinar-X dada atau EKG. Sinar-X dada merupakan pemeriksaan kondisi jantung dan paru-paru.

2.1.2 DIAGNOSA

Perawat menggolongkan karakteristik tertentu yang diperoleh selama pengkajian untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan bagi klien bedah. Klien yang sebelumnyatelah mempunyai masalah kesehatan cenderung mempunyai berbagai jenis diagnosa resiko. Sifat pembedahan dan status kesehatan klien merupakan karakteristik penentu untuk beberapa diagnosa keperawatan. Misalnya klien yang akan mendapat anastesi untuk prosedur bedah saraf tidak akan mampu bergerak selama beberapa jam.

Diagnosa menentukan arah perawatan yang akan diberikan pada satu atau seluruh tahap pembedahan diagnosa keperawatan preoperatif memungkinkan perawat untuk melakukan tindakan pencegahan dan perawatan sehingga asuhan keperawatan yang diberikan selama tahap intraoperatif dan pascaoperatif sesuai dengan kebutuhan klien.

Diagnosa keperawatan preoperatif juga berfokus pada berbagai resiko yang mungkin dihadapi klien setelah pembedahan. Perawatan preventif merupakan hal yang penting dilakukan sehingga perawatan klien bedah dapat dilakukan secara efektif.

Contoh diagnosa keperawatan NANDA pada klien preoperatif :

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan:

ü Berkurangnya batuk

ü Peningkatan kongesti paru

2. Ansietas yang berhubungan dengan :

ü kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilaksanakan

ü pengalaman bedah

ü adanya ancaman kehilangan bagian tubuh

3. Ketidakefektifan koping keluarga menurun yang berhubungan dengan:

ü Perubahan sementara pada peran klien

ü Beratnya operasi yang akan dilaksanakan

2.1.3 PERENCANAAN

Klien bedah perlu diikutsertakan dalam pembuatan rencana perawatan. Dengan melibatkan klien sejak awal pembuatan rencana asuhan keperawatan bedah, resiko pembedahan dan komplikasi pascaoperatif dapat diminimalkan. Misalnya, riset keperawatan menunjukan bahwa penyuluhan preoperatif yang diberikan secara terstruktur dapat mempersingkat masa rawat klien di rumah sakit (Dalayon, 1994). Rasa takut klien yang telah diinformasikan tentang pembedahan akan menurun dan klien akan mempersiapkan diri untuk berpartisipasi dalam tahap pemulihan pascaoperatif sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai. Keluarga juga merupakan rekan penting dalam memahami hasil akhir yang telah ditetapkan untuk mencapai pemulihan. Pada setiap diagnosa, perawat menetapkan tujuan perawatan dan hasil akhir yang harus dicapai untuk memastikan pemulihan atau mempertahankan status preoperatif klien.

Untuk klien bedah sehari, tahap perencanaan preoperatif dilakukan di rumah atau di unit bedah sehari pada pagi hari sebelum klien menjalani operasi. Perawatan preoperatif yang direncanakan dengan baik memberi kepastian bahwa klien telah mendapat informasi yang cukup dan mampu berpartisipasi aktif selama tahap pemulihan. Keluarga atau pasangan klien juga dapat berpean sebagai pendukung aktif bagi klien. Rencana keperawatan preoperatif dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan individu. Namun, setiap klien harus menjalani persiapan dasar. Tujuan perawatan klien bedah antara lain:

1. Memahami respon pembedahan secara fisiologis dan psikologis

2. Memahami tahap-tahap intraoperatif dan pascaoperatif

3. Mendapatkan rasa nyaman dan relaksasi emosional

4. Mendapatkan kembali fungsi fisiologis normal setelah pembedahan

5. Mempertahankan keseimbangan elektrolit

6. Mendapatkan rasa nyaman dan istirahat

7. Mempertahankan luka bedah bebas dari infeksi

8. Menghindarkan cedera selama periode perioperatif

2.1.4 IMPLEMENTASI

a. Persetujuan Tindakan

Secara hukum operasi tidak boleh dilakukan sebelum klien memahami perlunya prosedur tersebut. Tahap-tahap yang harus dilalui, resiko, hasil yang diharapkan, dan terapi alternatifnya. Memberi informasi pada klien merupakan tanggung jawab dokter. Persetujuan tidak boleh diinformasikan jika klien dalam keadaan bingung, tidak sadar, mengalami gangguan mental, atau dibawah pengaruh obat penenang.

Penjelasan dokter bedah harus disaksikan oleh anggota tim kesehatan yang memenuhi syarat.

Diruang gawat darurat, klien mungkin tidak dapat menandatangani persetujuan tindakan dan tidak ada keluarga yang menemaninya. Pada kasus ini, secara hukum dokter dapat melaksanakan pembedahan tanpa persetujuan klien.

b. Penyuluhan Preoperatif

Penyuluhan preoperatif tentang perilaku yang diharapkan dilakukan oleh klien pada pascaoperatif, yang diberikan melalui format yang sistematik dan terstruktur sesuai dengan prinsip-prinsip belajar mengajar, mempunyai pengaruh yang positif bagi pemulihan klien. Penyuluhan preoperatif yang terstruktur dapat mempengaruhi beberapa faktor pascaoperatif seperti berikut:

1. Fungsi pernafasan

2. Kapasitas fungsi fisik

3. Perasaan sehat

4. Lama rawat inap di rumah sakit

5. Ansietas tentang nyeri dan jumlah obat-obatan anti nyeri yang diperlukan untuk kenyamanan.

c. Persiapan Fisik

Tingkat persiapan fisik preoperatif bergantung pada status kesehatan klien, pembedahan yang akan dilaksanakan, dan pilihan dokter bedah. Perawat menjelaskan hal-hal yang akan dilaksanakan dalam persiapan fisik, yaitu :

ü Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit normal

Klien bedah sangat rentan mengalami ketidak seimbangan cairan dan elektrolit akibat asupan cairan preoperatif yang tidak adekuat atau banyaknya kehilangan cairan selama pembedahan.

ü Mengurangi resiko infeksi luka bedah

Resiko terjadinya infeksi luka bedah ditentukan oleh jumlah dan jenis mikrorganisme yang mengontaminasi luka, pejamu yang rentan, dan kondisi luka pada akhir pembedahan.

ü Pencegahan inkontinensia usus dan urine

Persiapan khusus seperti enema dan katartik akan membersihkan saluran gastrointestinal untuk mencegah inkontinensia intraoperasi dan konstipasi pascaoperatif.

ü Peningkatan istirahat dan kenyamanan

Istirahat merupakan hal yang penting untuk penyembuhan normal.

d. Hari pelaksanaan pembedahan

Pada pagi hari sebelum pembedahan, perawat melengkapi beberapa prosedur rutin sebelum memindahkan klien ke ruang operasi, yaitu:

ü memeriksa isi rekam medik dan melengkapi pencatatan

Sebelum klien pergi ke ruang operasi, perawat memeriksa isi rekam medik klien untuk memastikan adanya hasil laboratorium terbaru.

ü pengukuran tanda-tanda vital

Perawat mengukur tanda-tanda vital untuk pengkajian preoperatif terakhir.

ü pemberian kebersihan

Tindakan kebersihan dasar dapat meningkatkan rasa nyaman sebelum pembedahan. Apabila klien yang dirawat tidak mau mandi dengan sempurna mandi sebagian akan menyegarkan dan membuang sekresi atau drinase yang dapat menyebabkan iritasi kulit.

ü pemeriksaan rambut dan kosmetik

Untuk menghindari cedera, perawat meminta klien melepas jepit rambutnya sebelum memasuki ruang operasi. Rambut palsu dilepas, rambut panjang dikepang. Klien akan memakai tutup kepala sebelum memasuki ruang operasi. Seluruh riasan muka harus dihilangkan untuk memperlihatkan warna kulit dan kuku normal.

ü pemeriksaan prostese

Klien harus melepas semua protese ( gigi palsu lengkap/ sebagian, kaki palsu, mata palsu, kaki palsu, lensa kontak )

ü mempersiapkan usus dan kandung kemih

Klien mungkin membutuhkan enema atau katartik pada pagi hari sebelum pembedahan. Apabila demikian, enema harus diberikan minimal satu jam sebelum klien pergi ke ruang operasi sehingga klien bisa melakukan defekasi tanpa terburu-buru. Klien harus berkemih sebelum pembedahan.

ü pemasangan stoking antiemboli atau alat kompresi sekuensial

Stoking antiemboli dibuat untuk menyangga ekstremitas bawah dan mempertahankan kompresi vena kecil dan kapiler.

ü meningkatkan martabat klien

Selama persiapan preoperatif, perawatan dapat diberikan tanpa memperhatikan kebutuhan individu kecuali jika perawat mempertahankan dan menjaga privasi klien dan menurunkan sumber kecemasan.

ü pemberian prosedur khusus

Salah satu prosedur khusu adalah pemasangan selang nasogastrik yang dimasukkan melalui nasifaring ke dalam lambung klien.

ü menyimpan barang-barang berharga

ü pemberian obat-obatan preoperatif

Pada pembedahan sehari, penggunaan obat-obatan preoperatif telah banyak berkurang. Namun ahli anastesi dapat memberikan obat-obat oreanestesi yang dapat mengurangi kecemasan klien, jumlah anastesi umum yang diperlukan, resiko mual muntah, dan sekresi saluran pernafasan.

2.1.5 EVALUASI

Waktu untuk mengevaluasi hasil rencana asuhan keperawatan preoperatif seringkali terbatas. Jenis pembedahan yang dijalankan klien mungkin besifat darurat atau ada beberapa prosedur yang menyulitkan perawat mencari waktu unutk melakukan evaluasi. Perawat mengevaluasi keberhasilan penyuluhan preoperatif dan peningkatan fungsi fisiologis normal klien, istirahat dan kenyamanan fisik.

Contoh evaluasi untuk intervensi kurang penetahuan:

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN INTRAOPERATIF

Tujuan utama pada tahap intraoperatif adalah untuk memenuhi rasa nyaman dan memenuhi keseimbangan homoestatis. Contoh tindakan perawat agar tujuan tersebut tercapai, yaitu:

*Pengkajian di perlengkapan dan pemenuhan lingkungan bersih

*Membuka dan memakai yang steril selama pembedahan

*Menyediakan obat dan cairan yang bersih

*Memantau dan memenuhi rasa nyaman

*Memasang kateter, NGT, drain

*Menyediakan spons, pisau, dan alat-alat lainnya

Perawatan klien selama pembedahan berlangsung membutuhkan persiapan yang baik dan pengetahuan tentang proses yang terjadi selama prosedur pembedahan dilaksanakan.

1. Ruang Sementara (Holding Area)

Pada sebagian besar rumah sakit, klien lebih dahulu masuk ke ruang tahanan sementara yang berada di luar ruang operasi. Disana perawat menjelaskan tahap-tahap yang akan dilaksanakan untuk menyiapakan klien menjalani permbedahan. Perawat di ruang tahanan sementara biasanya adalah bagian ddari petugas ruang operasi dan mengenakan pakaian, topi, dan alas kaki khusus ruang operasi sesuai dengan kebijakn pengontrolan infeksi rumah sakit.

Di dalam ruang tahanan sementara, perawat, perawat anastesi atau ahli anstesi memasang keteter infus ke tangan klien untuk memberikan prosedur rutin penggantian cairan dan obat-obatan melalui intravena. Perawat juga memasang manset tekanan darah. Akibat pengaruh obat-obatan preoperatif, klien mulai merasa pusing. Karena suhu ruang tahanan sementara dan ruang operasi biasanya dingin maka klien harus diberikan selimut tambahan.

2. Kedatangan Klien ke Ruang Operasi

Perawat memindahkan klien ke ruang operasi dengan menggunakan brankar. Klien biasanya masih sadar. Setelah klien berada si atas meja operasi, perawat mengencangkan tali pengaman di sekitar klien.

Perawat ruang operasi memeriksa identifikasi kardeks klien, melihat kembali lembar persetujuan tindakan, riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik, dan berbagai hasil pemeriksaan, pastikan bahwa alat protese dan barang berharga telah dilepas, dan memeriksa kembali rencana perawatan preoperatif yang berhubungan dengan rencan perawatan intraoperatif. Perawat mungkin akan memasang peralatan monitor sebelum pembedahan dilaksanakan.

3. Pemberian Anastesi

Klien yang menjalani pembedahan akan menerima anastesi dengan salah satu dari tiga cara sebagai berikut : umum, regional, atau lokal.

Anestesi Umum

Klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan seluruh sensasi dan kesadarannya. Klien juga mengalami amnesia tentang seluruh proses yang terjadi selama pembedahan. Pembedahan yang menggunakan anestesi umum melibatkan prosedur mayor, yang membutuhkan manipulasi jaringan yang luas.

Anestesi Regional

Induksi anestesi regional menyebabkan hilangnya sensasi pada daerah tubuh tertentu. Selama pembedahan berlangsung klien akan tetap sadar kecuali jika dokter memprogramkan pemberian tranquilizer yang dapat menyebabkan klien tidur.

Anestesi Lokal

Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang diinginkan. Biasanya dugunakan dalam prosedur minor pada tempat bedah sehari.

4. Pengaturan Posisi Klien Selama Pembedahan

Selama anastesi umum, tenaga keperawatan dan dokter bedah seringkali tidak mengatur posisi klien sampai klien mencapai tahap relaksasi yang lengkap. Idealnya, posisi klien diatur agar dokter bedah mudah mencapai tempat pembedahan dan fungsi sirkulasi serta pernafasan adekuat. Posisi tidak boleh mengganggu struktur neuromuskular. Tim harus mencatat usia, berat badan, tinggi badan status nutrisi, keterbatasan fisik, dan kondisi yang ada sebelum pembedahan serta mendokumentasikannya untuk mengingatkan petugas yang akan merawat klien setelah operasi (Walsh, 1993).

5. Peran Perawat Selama Pembedahan

Perawat melakukan satu dari dua peran selama pembedahan berlangsung, yaitu sebagai perawat instrumen atau perawat sirkulator.

Perawat instrumentator (scrub nurse) memberikan instrumen dan bahan-bahan yang dibutuhkan oleh dokter bedah selama pembedahan berlangsung dengan menggunakan teknik aseptik pembedahan yang ketat dan terbiasa dengan instrumen pembedahan.

Peran ini membutuhkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengantisipasi instrumen apa yang dibutuhkan oleh dokter bedah dan memberikannya secara cepat dan lancar.

Perawat sirkulator adalah asisten perawat instrumentator dan dokter bedah. Saat klien pertama kali masuk ke dalam ruang aoperasi, perawt sirkulator membantu mengatur posisi klien dan menyediakan alat dan duk bedah yang dibutuhkan dalam pembedahan. Selama pembedahan berlangsung, perawat sirkulator menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan perawat instrumentator, membuang alat dan spon kasa yag telah kotor serta tetap menghitung instrumen, jarum dan spons kasa yang telah digunakan.

Pada setiap akhir prosedur pembedahan, perawat instrumentator dan sirkulator menghitung jumlah instrumen, jarum, dan spon kasa yang telah digunakan. Prosedur ini mencegah tertinggalnya bahan-bahan tersebut di dalam luka bedah klien. Memantau bahan-bahan tersebut secara hati-hati penting bagi keselamatan klien.

6. Dokumentasi Perawatan Intraoperatif

Selama fase intraoperatif, petugas keperawatan melanjutkan rencana asuhan keperawatan preoperatif. Misalnya asaeptik yang ketat harus dilakukan untuk meminimalkan resiko infeksi luka bedah. Selama prosedur pembedahan berlangsung, perawat menjaga agar pencatatan aktivitas perawatan klien dan prosedur yang dilakukan oleh petugas ruang operasi tetap akurat. Dokumentasi perawatan intraoperatif memberi data yang bermanfaat bagi perawat yang akan merawat klien setelah pembedahan.

2.3 ASUHAN KEPERAWATAN PASCAOPERATIF

Setelah klien kembali ke bagian perawatan, perawatan pascaoperatif dimulai. Perawat harus memeriksa kembali informasi preoperatif yang relevan, mengkaji status terakhit klien, serta membuat dan mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan yang efektif.

2.3.1 PENGKAJIAN

Setelah klien kembali ke bagian perawatan, pemeriksaan yang pertama kali perawat lakukan meliputi pemeriksaan kondisi umum klien termasuk tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, kondisi balutan dan drain, status infus cairan, tingkataa rasa nyaman, dan integritas kulit.

Perawat mengkaji klien secara rutin minimal setiap 15 menit pada 1 jam pertama, setiap 30 menit selama 1 sampai 2 jam berikutnya, setiap 1 jam selam 4 jam berikutnya, dan selanjutnya setiap 4 jam. Hasil pemeriksaan awal merupakan dasar untuk membandingkan perubahan yang terjadi pascaoperatif.

2.3.2 DIAGNOSA

Perawat menentukan status masalah yang diidentifikasi dari diagnosa keperawatan preoperatif dan mengelompokkan data baru yang relevan untuk mengidentifikasi diagnosa baru. Diagnosa sebelumnya, seperti gangguan integritas kulit, dapat berlanjut menjadi masalah pascaoperatif. Perawat juga dapat mengidentifikasi faktor resiko yang mengarah pada identifikasi diagnosa keperawatan baru. Perawat juga mempertimbangkan kebutuhan keluarga klien saat membuat diagnosa. Misalnya diagnosa ketidakmampuan koping keluarga menghadapi kondisi klien yang membutuhkan intervensi keperawatan.

2.3.3 PERENCANAAN

Pada tahap penyembuhan, perawat mempunyai banyak informasi untuk membuat rencana perawatan klien. Adanya data pengkajian terbaru dan analisa riwayat keperawat preoperatif memungkinkan perawat membuat rencana intervensi keperawatan yang spesifik. Intruksi pascaoperatif dari dokter bedah kuga dapat menjadi pedoman.

Jenis instruksi pascaoperatif yang diberikan dokter bedah antara lain:

1. Jumlah pemantauan tanda-tanda vital dan pemeriksaan khusus

2. Jenis cairan infus dan kecepatan aliran infus

3. Obat-obatan pascaoperatif

4. Makanan dan minuman yang boleh dimakan melalui mulut

5. Tingkat aktivitas yang boleh dilakukan klien

6. Posisi yang harus dipertahankan klien selama berada di temapt tidur

7. Asupan dan keluaran

8. Pemerikasaan laboratorium dan sinar-x

9. Pengarahan khusus

Beberapa jenis tujuan perawatan pasca operatif antara lain :

  1. Menunjukkan kembalinya fungsi fisiologis normal
  2. Tidak memperlihatkan adanya infeksi luka bedah
  3. Dapat beristirahat dan memperoleh rasa nyaman
  4. Mempertahankan konsep diri
  5. Kembali kepada status kesehatan fungsional dengan keterbatasan yang ada akibat pembedahan

2.3.4 IMPLEMENTASI

Mendapatkan Kembali Fungsi Fisiologis Normal

Luka bedah, pengaruh immobilisasi yang lama selama pembedahan berlangsung dan selama penyembuhan, serta pengaruh anestesi dan analgesik merupakan penyebab utama timbulnya komplikasi pascaoperatif. Intervensi keperawatan diarahkan untuk mencegah timbulnya komplikasi sehingga klien dapat kembali pada tingkat fungsi yang setinggi mungkin. Kegagalan klien berpartisipasi aktif dalam tahap pemulihan akan menambah resiko terjadinya komplikasi (sistem pernafasan, sistem sirkulasi, sistem gastrointestinal, sistem genitourinaria, dll). Perawat harus memperhatikan hubungan antara seluruh sistem dengan terapi yang diberikan, seperti :

- Mempertahankan fungsi pernapasan

- Mencegah stasis sirkulasi

- Meningkatkan eliminasi normal dan nutrisi yang adekuat

- Meningkatkan eliminasi urine

- Memperoleh istirahat dan kenyamanan

- Mempertahankan konsep diri

- Mempercepat kembalinya status kesehatan fungsional

2.3.5 EVALUASI

Perawat mengevaluasi efektifitas perawatan yang diberikan pada klien bedah berdasrkan hasil yang diharapkan setelah melakukan intervensi keperawatan. Pada semua tempat pembedahan, perawat bertanya kepada klien dan keluarga untuk memperoleh data evaluasi. Perawat dapat mengevaluasi hasil akhir klien bedah sehari dengan cara menelpon rumah klien, menanyakan adanya komplikasi dan pemahaman klien tentang pantangan atau obat-obatannya.

Pada tempat perawatan akut, evaluasi klien bedah dilakukan secara terus menerus. Apabila klien tidak mengalami kemajuan seperti yang diahrapkan, perawat memperbaiki kembali rencana keperawatan berdasarkan pada prioritas kebutuhan klien. Bagian dari evaluasi perawat adalah menentukan banyaknya pelajaran yang diterima klien dan keluarga tentang cara perawatan diri. Kehadiran perawat yang memberi perawatan di rumah saat klien pulang berguna untuk mengetahui apakah klien dapat melakukan perawatan secara efektif.

Contoh evaluasi untuk intervensi klien pascaoperatif :

Tujuan

Tindakan evaluatif

Hasil yang diharapkan

Klien mencapai fungsi ventilasi normal dengan jalan napas yang paten pada hari kedua pascaoperatif.

Ukur penyimpangan dada saat klien bernapas dalam, inspeksi mukus, auskultasi bunyi paru setelah batuk dan napas dalam

Klien mampu bernapas dalam, batuk bersih dan tidak produktif, bunyi paru bersih

Klien bebas dari infeksi luka pascaoperatif

Inspeksi kondisi tepi luka dan karakter drainase

Tepi luka akan merapat dan agak memerah serta drainase akan minimal dan bersih

DAFTAR PUSTAKA

Ws. Potter and Perry.2005.Fundamental Keperawatan. Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta. EGC. Edisi 4. Volume 2

Kozier, et. All (2004). Fundamental of Nursing. Concepts, Process, and Practice. New Jersey. Pearson Prentice Hall. Seventh Edition. Volume 2